LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA PANGAN
PENENTUAN YODIUM DALAM GARAM BERYODIUM
OLEH
:
GOLONGAN
10
1.ELSA
PERMATA SARI ( NIM : 112110181)
2.IRNAL MARNINDA (NIM : 112110185)
3.RIMA TRISNAWATI (NIM:112110196)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
KEMENTERIAN
KESEHATAN PADANG
JURUSAN GIZI POLTEKKES PADANG
2012
LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA PANGAN
JUDUL PRATIKUM : Penentuan Yodium dalam Garam Beryodium
TOPIK PRATIKUM : -
PRAKTEK KE/GOL : 11/10
HARI/TANGGAL : Selasa/30 Mei 2012
TUJUAN PRATIKUM : Mengetahui
kadar yodium yang terdapat dalam suatu garam beryodium
PRINSIP : Yodium
dalam KIO3 akan dibebaskan oleh H2SO4.
I2 yang dibebaskan akan dititrasi dengan Na Thiosulfat.
TINJAUAN
PUSTAKA :
Mineral
Mikro dan Mineral Makro
Mineral
merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan
fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh
secara keseluruhan. Kalsium, fosfor, dan magnesium adalah bagian dari tulang,
besi dan hemoglobin dalam sel darah merah, dan yodium dari hormon tiroksin.
Mineral juga berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai
kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam
cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim-enzim, pemeliharaan
keseimbangan asam basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting melalui membran
sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap ransangan (Almatsier
2006).
Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat
dalam bahan biologi, ada mineral esensial dan nonesensial. Mineral esensial
adalah mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup
untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial
dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro.
Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral
mikro, yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sedikit dan umumnya terdapat
dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral nonesensial adalah
mineral yang peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan
kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat
merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan, disamping mengakibatkan
keracunan, mineral juga dapat menyebabkan penyakit defisiensi (Arifin 2008).
Yodium
a.
Pengertian yodium
Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg
yodium yang tersebar dalam semua jaringan tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu
sekitar sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid, dan yang relatif lebih
tinggi dari itu ialah pada ovari, otot, dan darah.
Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang di dalam kelenjar tiroid dioksidasi dengan cepat menjadi yodium, terikat pada molekul tirosin dan tiroglobulin. Selanjutnya tiroglobulin dihidrolisis menghasilkan tiroksin dan asam amino beryodium, tiroksin terikat oleh protein. Asam amino beryodium selanjutnya segera dipecah dan menghasilkan asam amino dalam proses deaminasi, dekarboksilasi dan oksidasi (Kartasapoetra, 2005).
Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang di dalam kelenjar tiroid dioksidasi dengan cepat menjadi yodium, terikat pada molekul tirosin dan tiroglobulin. Selanjutnya tiroglobulin dihidrolisis menghasilkan tiroksin dan asam amino beryodium, tiroksin terikat oleh protein. Asam amino beryodium selanjutnya segera dipecah dan menghasilkan asam amino dalam proses deaminasi, dekarboksilasi dan oksidasi (Kartasapoetra, 2005).
Garam beryodium adalah garam yang telah
diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan.
Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi standar
nasional indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30 – 80 ppm
(Depkes RI, 2000).
Yodium merupakan zat essensial bagi
tubuh, karena merupakan komponen dari Hormon tiroksin. Terdapat dua ikatan
organik yang menunjukkan bioaktifitas hormon ini, ialah trijodotyronin T3 dan
Tetrajodotyronin T4, yang terakhir juga disebut juga Tiroksin. (Sediaoetama,
2006). Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg yodium yang tersebar dalam semua
jaringan tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu sekitar sepertiganya terdapat
dalam kelenjar tiroid dan yang relatif lebih tinggi dari itu ialah pada ovari,
otot, dan darah.
Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang
di dalam kelenjar tiroid dioksidasi dengan cepat menjadi yodium, terikat pada
molekul tirosin dan tiroglobulin. Selanjutnya tiroglobulin dihidrolisis menghasilkan
tiroksin dan asam amino beryodium, tiroksin terikat oleh protein. Asam amino
beryodium selanjutnya segera dipecah dan menghasilkan asam amino dalam proses
deaminasi, dekarboksilasi dan oksidasi (Kartasapoetra, 2005).
Yodium adalah jenis
elemen mineral mikro kedua sesudah Besi yang dianggap penting bagi kesehatan manusia walaupun
sesungguhnya jumlah kebutuhan tidak sebanyak
zat-zat gizi lainnya. Djokomoeldjanto (1993) mengatakan bahwa manusia
tidak dapat membuat unsur/ elemen yodium dalam tubuhnya seperti membuat
protein atau gula,tetapi harus
mendapatkannya dari luar tubuh (secara alamiah) melalui serapan yodiumyang
terkandung dalam makanan serta minuman.Pentingnya yodium dalam tubuh manusia
untuk metabolisme sudah dikenal sejak abad lalu walaupun pengaruh
positif seaweed atau burntsponges (kaya yodium) terhadap penyakit gondok sudah diketahui sejak zaman
purba di seluruh dunia (Cavalieri,1980). Gondok merupakan suatu gejala pembesaran pada kelenjar tiroid yang
terjadi akibatrespons terhadap defisiensi/kekurangan yodium.
Peran yodium bagi
tubuh Yodium tergolong sebagai mikro mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.
Di dalam tubuh, yodium sangat dibutuhkan oleh kelenjar tiroid (kelenjar
yang agak besar dan berada di leher depan bagian bawah). Namun, sumber yodium
terbesar adalah seafood, seperti: kerang, udang, rumput laut dan aneka ikan
serta hasil olahannya. Untuk memenuhi kecukupan yodium sebaiknya di dalam
menu sehari-hari sertakan bahan bahan pangan yang berasal dari laut. Kebutuhan
yodium perhari sekitar 1-2 mikrogram per kg berat badan. Kecukupan yang
dianjurkan sekitar 40-120 mikrogram/ hari untuk anak sampai umur 10 tahun, 150
mikrogram/ hari untuk orang dewasa. Untuk wanita hamil dan menyusui dianjurkan
tambahan masing-masing 25 mikrogram dan 50 mikrogram/ hari.
ANJURAN
ASUPAN YODIUM SETIAP HARI DI DALAM MAKANAN
1.
Dosis 50 µg/hari untuk
kisaran usia 0-12 Bulan.
2.
Dosis 90 µg/hari untuk
kisaran usia 1-6 tahun.
3.
Dosis 120 µg/hari untuk
kisaran usia 7-12 tahun.
4.
Dosis 150 µg/hari untuk
kisaran usia 12-Dewasa.
5.
Dosis 200 µg/hari untuk
kisaran Ibu hamil dan menyusui. (Arisman, 2004).
b.
Fungsi
yodium
Yodium digunakan untuk
memproduksi tiroksin. Tiroksin adalah hormon yang mengatur aktivitas berbagai
organ, mengontrol pertumbuhan, membantu proses metabolisme, bahkan menentukan
berapa lama seseorang bertahan untuk hidup. Dapat mencegah penyakit gondok.
c. Dampak
kelebihan yodium
Kelebihan yodium di
dalam tubuh dikenal juga sebagai hipertiroid. Hipertiroid terjadi karena
kelenjar tiroid terlalu aktif memroduksi hormon tiroksin.
Kelebihan yodium
ditandai gejala mudah cemas, lemah, sensitif terhadap panas,
sering berkeringat, hiperaktif, berat badan menurun, nafsu makan
bertambah, jari-jari tangan bergetar, jantung berdebar-debar, bola mata
menonjol serta denyut nadi bertambah cepat dan tidak beraturan. Jika tidak
segera diobati, penderita hipotiroid akan mengalami anemia, sistem pernafasan
melemah, penderita mengalami kejang, sehingga aliran darah ke otak berkurang
sampai akhirnya terjadi gagal jantung.
d. Gangguan akibat
kekurangan yodium
1.
Defisiensi pada janin
Pengaruh
utama defisiensi yodium pada janin ialah kretinisme endemis. Gejala khas
kretinisme terbagi menjadi dua jenis, yaitu jenis saraf yang menampilkan tanda
dan gejala seperti kemunduran mental, bisu-tuli dan diplegia spastik. Jenis
kedua yaitu bentuk miksedema yang memperlihatkan tanda hipotiroidisme dan
dwarfisme (Arisman, 2004)
2. Defisiensi
pada bayi baru lahir.
Selain
berpengaruh pada angka kematian, kekurangan yang parah dan berlangsung lama
akan mempengaruhi fungsi tiroid bayi yang kemudian mengancam perkembangan otak
secara dini. (Arisman, 2004)
3.
Defisiensi
pada anak dan remaja
Kekurangan
yodium pada anak khas terpaut dengan insiden gondok. Angka kejadian gondok
meningkat bersama usia, dan mencapai puncaknya setelah remaja. Prevalensi
gondok pada wanita lebih tinggi daripada lelaki. Total Goitre Rate (TGR) anak
sekolah lazim digunakan sebagai petunjuk dalam perkiraan besaran GAKY
masyarakat suatu daerah. Gangguan pada anak dan remaja akibat kekurangan Yodium
yaitu Gondok, hipoiroidisme Juvenile dan perkembangan fisik terhambat.
(Arisman, 2004)
4.
Defisiensi
pada Dewasa
Pada
orang dewasa, kekurangan yodium menyebabakan keadaan lemas dan cepat lelah,
produktifitas dan peran dalam kehidupan sosial rendah (isna, 2009), Gondok dan
penyulit, Hipotiroidisme, Hipertiroidisme diimbas oleh yodium. (Arisman, 2004).
5.
Defisiensi
pada ibu hamil
Pada
ibu hamil menyebabkan keguguran spontan, lahir mati dan kematian bayi,
mempengaruhi otak bayi dan kemungkinan menjadi cebol pada saat dewasa nanti.
Seorang ibu yang menderita pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang juga
menderita kekurangan yodium. Jika tidak segera diobati, maka pada usia 1 tahun,
sudah akan terjadi pembesaran pada kelenjar gondoknya. (Isna, 2009).
6.
Defisiensi
pada semua usia
Bentuk
gangguannya : Kepekaan terhadap radiasi nuklir meningkat (Arisman, 2004)
e. Penanggulangan
dan pencegahan
1) Penanggulangan
a. Garam
beryodium. Sesuai Kepres no 69, 13 Oktober 1994,mewajibkan semua garam
yang
dikonsumsi,baik manusia maupun hewan ,diperkaya dengan yodium sebanyak
30-80 ppm (Erna, 2004)
b. Suplementasi
yodium pada binatang
c. Suntikan
minyak beryodium (Lipiodol)
d. Kapsul
minyak beryodium. (Arisman,2004).
2) Pencegahan
Secara
relatif, hanya makanan laut yang kaya akan yodium : sekitar 100 μg/100 gr. Pencegahan dilaksanakan
melalui pemberian garam beryodium. Jika garam beryodium tidak tersedia, maka
diberikan kapsul minyak beryodium setiap 3, 6 atau 12 bulan, atau suntikan ke
dalam otot setiap 2 tahun. (Arisman,2004).
BAHAN
:
Sample
·
Garam lososa
Reagen
·
KI 10%
·
H2SO4
2 N
·
Na2S2O3
0.005 N
·
K2Cr2O7
0.005 N
·
Amylum 1%
·
Aquades
ALAT :
Ø Buret
Ø Statif
Ø Erlenmeyer
Ø Tutup erlenmeyer
Ø Neraca analitik
Ø Gelas kimia
Ø Pipet tetes
Ø Baskom untuk menutup larutan
PROSEDUR PRATIKUM
:
1.
Timbang 10 gram
bahan dengan gelas kimia yang paling kecil, masukkan ke dalam erlenmeyer,
tambahkan 50 ml aquades, kemudian tambahakan 5 ml KI 10%
2.
Sebelum penambahan
KI tambahkan 2 ml H2SO4 2 N, lalu tutup erlenmeyer dan
simpan ditempat yang gelap selama 10 menit
3.
Bilas tutup
erlenmeyer dengan aquades agar I2 yang menguap ke atas tutup
erlenmeyer kembali ke dalam erlenmeyer tersebut, kemudian tambahkan amylum 1%
sebanyak 1 ml.
4.
Kemudian titrasi
dengan Na Thiosulfat 0.05 N. Warna larutan akan berubah dari agak biru tua
gelap menjadi agak jernih.
5.
Sebelum melakukan
perhitungan standarisasi Na Thiosulfat terlebih dahulu karena larutan ini tidak
stabil.
HASIL PRATIKUM DAN PEMBAHASAN
:
Hasil
ml titran dari titrasi yang dilakukan.
Sampel
|
Ml titran I
|
Ml titran II
|
Rata-rata Ml titran
|
Berat sampel (g)
|
Garam lososa
|
3.1
|
1.6
|
2.35
|
10 g (10.000 mg)
|
Dari
percobaan yang dilakukan didapat hasil kandungan yodium dalam sample yang
dianalisa dengan melakukan perhitungan sebagai berikut:
Kadar KIO3 =
ml titrasi
N Na. Thio sebenarnya
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.gif)
=
2.35
0.0048
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image014.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image006.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image010.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image012.gif)
= 0.0402
ppm
Kadar Yodium =
kadar KIO3
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image016.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
=
0.0402 ppm
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image018.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image008.gif)
= 0.0238 ppm
= 23.8 %
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image019.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image019.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image020.gif)
![](file:///C:/Users/toshiba/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image021.gif)
PEMBAHASAN
Percobaan penetapan kadar yodium
dalam garam beryodium pada praktikum kali ini dengan menggunakan sampel garam
lososa yang mempunyai kadar yodium dalam rentang 30-80 %. Percobaan ini
dilakukan dalam suasana asam, bukan dalam suasana basa, yaitu dengan
dilakukannya penambahan H2SO4 2N. Fungsi larutan standart
KI 10% ialah untuk mencegah menguapnya yodium didalam sample dan sebagai pereaksi
untuk memperlihatkan jumlah yodium yang terdapat dalam sampel menjadi senyawa KIO3
sehingga akan berwarna bening karena pereaksi yang berlebih. Fungsi amylum
ialah untuk meningkatkan kecepatan percobaan (sebagai indikator). Reaksi ini
disebut reaksi IODOMETRI karena terjadi perubahan dari warna biru kehitaman menjadi
tidak berwarna, sedangkan reaksi IODIMETRI adalah kebalikannya.
Percobaan dilakukan
pertama kali dengan melakukan standarisasi Na.Thiosulfaat untuk mendapatkan
konsentrasi Na.Thiosulfat yang sebenarnya. Setelah dilakukan standarisai oleh
salah satu kelompok dari 15 kelompok praktikum, didapatkan konsentrasi
Na.Thiosulfat yang sebenarnya yaitu 0.0048 N. Lalu dilanjutkan dengan perlakuan
terhadap sample. Pertama kali dilakukan penimbangan sample dengan menggunakan
gelas kimia sebanyak 10 gram.
Setelah
sample ditimbang dan diencerkan,
dimasukkan kedalam erlenmeyer bertutup. Penutupan erlenmeyer dilakukan karena
yodium mudah menguap. Selanjutnya pada sample kemudian ditambahkan H2SO4 2N
sebanyak 3 ml dan larutan standart KI 10% sebanyak 5 ml. Larutan ini
kemudian disimpan di tempat gelap selama 10 menit. Setelah itu, ditambahkan
amilum 1% sebanyak 1 ml
sebagai indikator, setelah
itu dititrasi dengan menggunakan Na2S2O3
0,05 N. Proses titrasi
dilakukan sampai larutan dalam erlenmeyer berubah warna menjadi bening, warna bening yang dihasilkan
merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik
akhir, indikator yang dipergunakan dalam penentuan
kadar yodium dengan metode iodometri ini adalah larutan amilum berupa larutan bening tidak berwarna.
Proses
pengujian untuk sample garam lososa ini
dilakukan hanya
dengan 1 kali pengenceran yaitu
50 mL, dan dilakukan 2 kali titrasi. Hal tersebut dilakukan
karena pada pengujian pertama/titrasi pertama
yang dilakukan oleh kelompok 9, volume titran yang
diperoleh kurang memuaskan karena tetesan dari buret tidak lancar dan dalam
mengaduk erlenmeyer juga tidak konsisten, serta tidak teliti dalam melakukan
titrasi karena TATnya terlewati, sampel sangat cepat mengalami perubahan warna
dari biru tua menjadi bening sehingga menyebabkan Titik Akhir Titrasinya gagal
diamati.
Titrasi
kedua dilakukan oleh kelompok 10. Hasilnya pun masih tidak memuaskan, dimana
volume titran yang diperoleh yaitu 1.6 ml, sangat jauh dari yang diperkirakan.
Karena semakin kecil volume titran yang diperoleh maka akan semakin rendah
kadar garam yang didapat. Padahal kita mengetahui garam lososa adalah salah
satu jenis garam yang tinggi kadar yodiumnya di pasaran. Tentu saja ini menimbulkan
pertanyaan dan seharusnya dilakukan percobaan ulang. Namun, kelompok kami tidak
melakukan percobaan ulang karena keterbatasan berbagai hal. Salah satunya dari
segi waktu.
Ketidakberhasilan dalam
percobaan ini disebabkan karena berbagai faktor, salah satu faktor penyebab
utamanya adalah larutan standart KI 10% yang telah menguap sehingga menyebabkan
yodium yang terdapat dalam sample juga ikut menguap. Hal ini menyebkan perhitungan yang didapat sangat berbeda
jauh. Salah satu cara untuk menghindari hal ini yaitu pada saat pengambilan KI
10% tersebut jangan terlalu lama membuka tutup larutan tersebut, sehingga
penguapan KI 10% akan bisa dicegah sehingga hasil yang didapat akan lebih
mendekati dan percobaan yang dilakukan pun berhasil.
KESIMPULAN
1.
Berdasarkan
hasil perhitungan diketahui bahwa kadar yodium dalam garam lososa
hanya 23.8 gram yang berbeda dari yang tertulis di bungkus sample yang
menyatakan kandungan yodium di dalam garam lososa ini sekitar 30-80 gram,
berbeda sekitar 7 gram.
2.
Hal tersebut di
atas disebabkan disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya jenis bahan, kebersihan peralatan yang digunakan, reagen
yang mudah menguap, kemahiran dalam melakukan titrasi, ketepatan dalam
menentukan TAT dan ketelitian lainnya dalam melaksanakan praktikum.
3.
Tidak bisa diambil
kesimpulan bahwa garam lososa mengandung yodium yang rendah.
SARAN
1.
Sebelum melakukan
analisa kadar yodium,
mahasiswa harus benar-benar memahami prosedur kerja agar diperoleh data
pengukuran dengan keteliatian yang tinggi dan mendekati keakuratan.
2.
Sebaiknya dalam
melakukan titrasi, sebelumnya praktikan telah memastikan kondisi buret seperti
mengatur kuat tidaknya keran untuk dibuka atau ditutup, sehingga hasil tidak
akan kelebihan. Praktikan juga harus lebih teliti melihat awal dan akhir
titrasi.
3.
Hasil praktikum
belum sesuai seperti yang ada di bahan sumber karena terjadinya kesalahan.
Kesalahan terjadi karena kurang teliti dan kurang terampilnya praktikan
melakukan proses titrasi, sehingga hasil pengamatan menjadi kurang akurat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Thamrin, Husni. dkk..
2012. Penuntun
Praktikum Kimia pangan.
Jurusan Gizi : Poltekkes Kemenkes Padang
2. Sudarmadji,
Slamet. et al. 1996. Prosedur Analisis
Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta:
Penerbit Liberty.
3. Winarno,
F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: Gramedia.
4. Krisno, Budiyanto, Agus. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM
Press
Padang, 27 Maret 2012
Pembimbing
Praktikum Yang membuat
laporan
(Azizah, SKM) (Elsa Permata Sari)
NIM:112110181