Kamis, 20 Desember 2012

METABOLISME MAGNESIUM

Diajukan sebagai tugas mata kuliah
Biokimia Gizi






Dosen Pembimbing
Arlen Defitri Nazar, S.ST, M.Biomed


Kelompok 4
EFNITA (112110180)
ELSA PERMATA SARI (112110181)
FITRIA OKA SUCI (112110183)
LISA GUSRIWATI (112110186)
PUTRI RAMADHANI (112110191)
WINDA SARI (112110202)
KELAS 2C









PROGRAM DIII JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
2012

Magnesium (Mg)
            Adalah kation nomor dua palinng banyak setelah natrium di dalam cairan interseluler. Kuranglebih 60% dari 20 - 28 mg magnesium di dalam tubuh terdapat di dalam tulang dan gigi, 26% didalam otot dan selebihnya di jaringan lunak lainnya serta cairan tubuh. Magnesium di dalam tulang lebih banyak merupakan cadangan yang siap dikeluarkan bila bagian lain tubuh memerlukan. Diperkirakan sepertiga dari tersedianya magnesium di dalam tubuh bergabung atau bercampur dengan unsur fosfat sedangkan sisanya dalam keadaan bebas melekat pada permukaan susunan mineral. Konsentrasi magnesium di dalam plasma adalah sebanyak 0.75 - 1.0 mmol/L.
            Magnesium di alam merupakan bagian dari klorofil daun. Peranan magnesium pada tumbuh - tumbuhan sama dengan peranan zat besi dalam ikatan hemoglobin di dalam darah pada manusia yaitu untuk pernapasan.
`           Konsentrasi magnesium lebih tinggi daripada unsur mineral lainnya yang tersedia diantara sel - sel jaringan lemak, akan tetapi dengan unsur kalsium lain keadaannya. Konsentrasi kalsium lebih tinggi daripada magnesium. Pemecahan jaringan dan destruksi sel ditemukan selalu berkaitan dengan terjadinya kehilangan tersedianya magnesium di dalam tubuh.

FUNGSI MAGNESIUM
1.      Kofaktor dari berbagai enzim yang terlibat dalam metabolisme energi, sintesis protein, sintesis DNA dan RNA
2.      Transmisi syaraf berlawanan dengan Kalsium. Kalsium menyebabkan ketegangan syaraf, sedangkan magnesium melemaskan syaraf
3.      Kontraksi otot
Berlawanan dengan Kalsium. Kalsium merangsang kontraksi otot, sedangkan magnesium mengendorkan otot.
4.      Pembekuan darah
5.      Berlawanan dengan Kalsium.
Kalsium mendorong penggumpalan darah, sedangkan magnesium mencegah penggumpalan darah.
6.      Mencegah kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium di dalam e-mail gigi
7.      Memelihara potensial listrik jaringan syaraf dan membran sel.

METABOLISME  MAGNESIUM
Absorbsi Magnesium
1.    Dengan cara transpor aktif, magnesium terutama diabsorbsi di usus halus.
2.    Difusi pasif.
            Hanya sebanyak 30% magnesium diabsorbsi pada konsumsi yang tinggi, sedangkan pada konsumsi rendah sebanyak 60%. Di dalam darah  magnesium terdapat dalam bentuk ion bebas, atau dalam bentuk molekul kompleks hingga molekul kecil.
       Keseimbangan magnesium di dalam tubuh terjadi melalui penyesuaian eksresi melalui urine.
1.      Eksresi magnesium meningkat oleh hormon tiroid, aldosteron, pada asidosis, serta pada kekurangan fosfor dan kalsium.
2.      Eksresi magnesium menurun karena pengaruh hormon kalsitonin, glukagon, dan PTH (Paratiroid Hormon) terhadap reabsorbsi pada tubula ginjal.
                                    Magnesium dalam darah turun


                                                           

                                                          PTH meningkat

            Reabsorbsi (penyerapan kembali) Magnesium pada tubulus ginjal meningkat
Hal- Hal yang Meningkatkan Absorbsi Magnesium
            Absorbsi kalsium dipengaruhi oleh faktor - faktor yang sama yang memengaruhi absorbsi kalsium, kecuali vit D tidak berpengaruh (Almatsier, 2001) antara lain :
1.      Kebutuhan tubuh
Jika kebutuhan tubuh terhadap magnesium meningkat, maka penyerapannya juga akan meningkat.
2.      Suasana asam di dalam saluran cerna
3.      Lama bahan makanan di dalam saluran cerna
Semakin lama bahan makanan berada di dalam saluran cerna, maka akan semakin besar kemungkinan zat - zat yang ada dalam bahan makanan tersebut untuk diserap masuk kedalam pembuluh darah.
4.      Kurangnya mineral kompetitif lainnya dalam makanan

Hal- Hal yang Menghambat Absorbsi Magnesium
1.      Suasana basa
Sama seperti kalsium, pada suasana basa magnesium juga akan membentuk kristal sehingga tidak dapat diserap oleh tubuh.
2.      Asupan tinggi dari serat makanan (40 - 50 gr/hari) menurunkan penyerapan Magnesium.
Seperti kita ketahui serat berfungsi mempercepat waktu transit bahan makanan dalam saluran cerna. Jika makanan sebentar dalam saluran cerna kemungkinan magnesium yang terdapat dalam bahan makanan yang kita konsumsi untuk diserap lebih rendah. Asupan tinggi dari serat makanan menurunkan penyerapan Magnesium
3.      Asupan tinggi zinc (142 mg/hari) menurunkan penyerapan Magnesium.
4.      Adanya mineral kompetitif  lainnya yang saling bersaing satu sama lain untuk diabsorbsi. Contohnya kalsium, besi, dan tembaga yang mempunyai valensi +2. Kalsium, besi, atau tembaga yang dimakan terlalu banyak akan menghambat absorbsi magnesium.

SUMBER MAGNESIUM
            Magnesium tersebar luas pada makanan hewani maupun makanan nabati. Terutama dari sayuran hijau, serealia tumbuk, biji - bijian dan kacang - kacangan. Daging, susu dan hasil olahnya, serta coklat juga merupakan sumber magnesium yang baik.

ANGKA KECUKUPAN MAGNESIUM yang dianjurkan
            Angka kecukupan magnesium sehari yang dianjurkan berdasarkan WNPG (2004) untuk wanita usia (19 - 29 thn) adalah 250 mg.

AKIBAT KEKURANGAN MAGNESIUM
            Kekurangan magnesium jarang terjadi karena makanan. Kekurangan magnesium bisa terjadi pada kekurangan protein dan energi serta sebagai komplikasi penyakit yang menyebabkan gangguan absorpsi dan atau penurunan fungsi ginjal, endokrin, terlalu lama mendapat makanan tidak melalui mulut (intravena). Penyakit yang menyebabkan muntah-muntah, diare, penggunaan diuretika (perangsang pengeluaran urine) juga dapat menyebabkan kekurangan magnesium. Kekurangan magnesium berat menyebabkan kurang nafsu makan, gangguan dalam petumbuhan, mudah tersinggung, gugup, kejang atau tetanus, gangguan sistem saraf pusat, halusinasi, koma, dan gagal jantung.


AKIBAT KELEBIHAN MAGNESIUM
            Akibat kelebihan magnesium belum diketahui dengan pasti. Kelebihan magnesium biasanya terjadi pada penyakit gagal ginjal. Pada penyakit gagal ginjal, maka ginjal tidak akan mampu melakukan fungsi penyaringan (filtrasi) yang dilakukan oleh nefron ginjal, magnesium yang seharusnya dibuang melalui urine akan kembali ke aliran darah, sehingga magnesium di dalam darah akan tinggi.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Kartasapoetra dan Marsetyo. 2012. Ilmu Gizi. Jakarta : Rineka Cipta
Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi Jilid I untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: PT Dian   Rakyat










.

Senin, 08 Oktober 2012

laporan kipang analisa yodium



LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PANGAN

PENENTUAN YODIUM DALAM GARAM BERYODIUM


OLEH :

GOLONGAN 10
1.ELSA PERMATA SARI ( NIM : 112110181)
2.IRNAL MARNINDA (NIM : 112110185)
3.RIMA TRISNAWATI (NIM:112110196)






KEMENTERIAN KESEHATAN PADANG
JURUSAN GIZI POLTEKKES PADANG
2012
                                                   



LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA PANGAN

JUDUL PRATIKUM                             : Penentuan Yodium dalam Garam Beryodium
TOPIK PRATIKUM                              : -
PRAKTEK KE/GOL                              : 11/10
HARI/TANGGAL                                  : Selasa/30 Mei 2012
TUJUAN PRATIKUM                          : Mengetahui kadar yodium yang terdapat dalam suatu garam beryodium
PRINSIP                                                  : Yodium dalam KIO3 akan dibebaskan oleh H2SO4. I2 yang dibebaskan akan dititrasi dengan Na Thiosulfat.
TINJAUAN PUSTAKA                        :    
Mineral Mikro dan Mineral Makro
                                           Mineral merupakan bagian dari tubuh dan memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. Kalsium, fosfor, dan magnesium adalah bagian dari tulang, besi dan hemoglobin dalam sel darah merah, dan yodium dari hormon tiroksin. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap metabolisme, terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim-enzim, pemeliharaan keseimbangan asam basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting melalui membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap ransangan (Almatsier 2006).
                                            Berbagai unsur anorganik (mineral) terdapat dalam bahan biologi, ada mineral esensial dan nonesensial. Mineral esensial adalah mineral yang sangat diperlukan dalam proses fisiologis makhluk hidup untuk membantu kerja enzim atau pembentukan organ. Unsur-unsur mineral esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam tubuh. Mineral mikro, yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sedikit dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil. Mineral nonesensial adalah mineral yang peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui dan kandungannya dalam jaringan sangat kecil. Bila kandungannya tinggi dapat merusak organ tubuh makhluk hidup yang bersangkutan, disamping mengakibatkan keracunan, mineral juga dapat menyebabkan penyakit defisiensi (Arifin 2008).

Yodium
a.      Pengertian yodium
Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg yodium yang tersebar dalam semua jaringan tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu sekitar sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid, dan yang relatif lebih tinggi dari itu ialah pada ovari, otot, dan darah.
Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang di dalam kelenjar tiroid dioksidasi dengan cepat menjadi yodium, terikat pada molekul tirosin dan tiroglobulin. Selanjutnya tiroglobulin dihidrolisis menghasilkan tiroksin dan asam amino beryodium, tiroksin terikat oleh protein. Asam amino beryodium selanjutnya segera dipecah dan menghasilkan asam amino dalam proses deaminasi, dekarboksilasi dan oksidasi (Kartasapoetra, 2005).
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi standar nasional indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30 – 80 ppm (Depkes RI, 2000).
Yodium merupakan zat essensial bagi tubuh, karena merupakan komponen dari Hormon tiroksin. Terdapat dua ikatan organik yang menunjukkan bioaktifitas hormon ini, ialah trijodotyronin T3 dan Tetrajodotyronin T4, yang terakhir juga disebut juga Tiroksin. (Sediaoetama, 2006). Dalam tubuh terkandung sekitar 25 mg yodium yang tersebar dalam semua jaringan tubuh, kandungannya yang tinggi yaitu sekitar sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid dan yang relatif lebih tinggi dari itu ialah pada ovari, otot, dan darah.
Yodium diserap dalam bentuk yodida, yang di dalam kelenjar tiroid dioksidasi dengan cepat menjadi yodium, terikat pada molekul tirosin dan tiroglobulin. Selanjutnya tiroglobulin dihidrolisis menghasilkan tiroksin dan asam amino beryodium, tiroksin terikat oleh protein. Asam amino beryodium selanjutnya segera dipecah dan menghasilkan asam amino dalam proses deaminasi, dekarboksilasi dan oksidasi (Kartasapoetra, 2005).
Yodium adalah jenis elemen mineral mikro kedua sesudah Besi yang dianggap penting bagi kesehatan manusia walaupun sesungguhnya jumlah kebutuhan tidak sebanyak zat-zat gizi lainnya. Djokomoeldjanto (1993) mengatakan bahwa manusia tidak dapat membuat unsur/ elemen yodium dalam tubuhnya seperti membuat protein atau gula,tetapi harus mendapatkannya dari luar tubuh (secara alamiah) melalui serapan yodiumyang terkandung dalam makanan serta minuman.Pentingnya yodium dalam tubuh manusia untuk metabolisme sudah dikenal sejak abad lalu walaupun pengaruh positif seaweed atau burntsponges (kaya yodium) terhadap penyakit gondok sudah diketahui sejak zaman purba di seluruh dunia (Cavalieri,1980). Gondok merupakan suatu gejala pembesaran pada kelenjar tiroid yang terjadi akibatrespons terhadap defisiensi/kekurangan yodium.
Peran yodium bagi tubuh Yodium tergolong sebagai mikro mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh.  Di dalam tubuh, yodium sangat dibutuhkan oleh kelenjar tiroid (kelenjar yang agak besar dan berada di leher depan bagian bawah). Namun, sumber yodium terbesar adalah seafood, seperti: kerang, udang, rumput laut dan aneka ikan serta hasil olahannya.  Untuk memenuhi kecukupan yodium sebaiknya di dalam menu sehari-hari sertakan bahan bahan pangan yang berasal dari laut. Kebutuhan yodium perhari sekitar 1-2 mikrogram per kg berat badan. Kecukupan yang dianjurkan sekitar 40-120 mikrogram/ hari untuk anak sampai umur 10 tahun, 150 mikrogram/ hari untuk orang dewasa. Untuk wanita hamil dan menyusui dianjurkan tambahan masing-masing 25 mikrogram dan 50 mikrogram/ hari.

ANJURAN ASUPAN YODIUM SETIAP HARI DI DALAM MAKANAN
1.      Dosis 50 µg/hari untuk kisaran usia 0-12 Bulan.
2.      Dosis 90 µg/hari untuk kisaran usia 1-6 tahun.
3.      Dosis 120 µg/hari untuk kisaran usia 7-12 tahun.
4.      Dosis 150 µg/hari untuk kisaran usia 12-Dewasa.
5.      Dosis 200 µg/hari untuk kisaran Ibu hamil dan menyusui. (Arisman, 2004).

b.      Fungsi yodium
            Yodium digunakan untuk memproduksi tiroksin. Tiroksin adalah hormon yang mengatur aktivitas berbagai organ, mengontrol pertumbuhan, membantu proses metabolisme, bahkan menentukan berapa lama seseorang bertahan untuk hidup. Dapat mencegah penyakit gondok.
c.  Dampak kelebihan yodium
            Kelebihan yodium di dalam tubuh dikenal juga sebagai hipertiroid.  Hipertiroid terjadi karena kelenjar tiroid terlalu aktif memroduksi hormon tiroksin.
            Kelebihan yodium  ditandai  gejala mudah cemas, lemah,  sensitif terhadap panas, sering berkeringat, hiperaktif,  berat badan menurun,  nafsu makan bertambah,  jari-jari tangan bergetar, jantung berdebar-debar, bola mata menonjol serta denyut nadi bertambah cepat dan tidak beraturan. Jika tidak segera diobati, penderita hipotiroid akan mengalami anemia, sistem pernafasan melemah, penderita mengalami kejang, sehingga aliran darah ke otak berkurang sampai akhirnya terjadi gagal jantung.
d.  Gangguan akibat kekurangan yodium
1.  Defisiensi pada janin
            Pengaruh utama defisiensi yodium pada janin ialah kretinisme endemis. Gejala khas kretinisme terbagi menjadi dua jenis, yaitu jenis saraf yang menampilkan tanda dan gejala seperti kemunduran mental, bisu-tuli dan diplegia spastik. Jenis kedua yaitu bentuk miksedema yang memperlihatkan tanda hipotiroidisme dan dwarfisme (Arisman, 2004)
2.  Defisiensi pada bayi baru lahir.
            Selain berpengaruh pada angka kematian, kekurangan yang parah dan berlangsung lama akan mempengaruhi fungsi tiroid bayi yang kemudian mengancam perkembangan otak secara dini. (Arisman, 2004)
3.   Defisiensi pada anak dan remaja
            Kekurangan yodium pada anak khas terpaut dengan insiden gondok. Angka kejadian gondok meningkat bersama usia, dan mencapai puncaknya setelah remaja. Prevalensi gondok pada wanita lebih tinggi daripada lelaki. Total Goitre Rate (TGR) anak sekolah lazim digunakan sebagai petunjuk dalam perkiraan besaran GAKY masyarakat suatu daerah. Gangguan pada anak dan remaja akibat kekurangan Yodium yaitu Gondok, hipoiroidisme Juvenile dan perkembangan fisik terhambat. (Arisman, 2004)
4.   Defisiensi pada Dewasa
            Pada orang dewasa, kekurangan yodium menyebabakan keadaan lemas dan cepat lelah, produktifitas dan peran dalam kehidupan sosial rendah (isna, 2009), Gondok dan penyulit, Hipotiroidisme, Hipertiroidisme diimbas oleh yodium. (Arisman, 2004).
5.   Defisiensi pada ibu hamil
            Pada ibu hamil menyebabkan keguguran spontan, lahir mati dan kematian bayi, mempengaruhi otak bayi dan kemungkinan menjadi cebol pada saat dewasa nanti. Seorang ibu yang menderita pembesaran gondok akan melahirkan bayi yang juga menderita kekurangan yodium. Jika tidak segera diobati, maka pada usia 1 tahun, sudah akan terjadi pembesaran pada kelenjar gondoknya. (Isna, 2009).
6.   Defisiensi pada semua usia
            Bentuk gangguannya : Kepekaan terhadap radiasi nuklir meningkat (Arisman, 2004)
e.  Penanggulangan dan pencegahan
1)  Penanggulangan
a.  Garam beryodium. Sesuai Kepres no 69, 13 Oktober 1994,mewajibkan semua    garam yang dikonsumsi,baik manusia maupun hewan ,diperkaya dengan yodium           sebanyak 30-80 ppm (Erna, 2004)
b.  Suplementasi yodium pada binatang
c.  Suntikan minyak beryodium (Lipiodol)
d. Kapsul minyak beryodium. (Arisman,2004).
2)  Pencegahan
            Secara relatif, hanya makanan laut yang kaya akan yodium : sekitar 100 μg/100 gr. Pencegahan dilaksanakan melalui pemberian garam beryodium. Jika garam beryodium tidak tersedia, maka diberikan kapsul minyak beryodium setiap 3, 6 atau 12 bulan, atau suntikan ke dalam otot setiap 2 tahun. (Arisman,2004).

BAHAN           :
Sample


·         Garam lososa


Reagen



·         KI 10%
·         H2SO4 2 N
·         Na2S2O3 0.005 N
·         K2Cr2O7 0.005 N
·         Amylum 1%
·         Aquades



ALAT                  :


Ø  Buret
Ø  Statif
Ø  Erlenmeyer
Ø  Tutup erlenmeyer
Ø  Neraca analitik
Ø  Gelas kimia
Ø  Pipet tetes
Ø  Baskom untuk menutup larutan



PROSEDUR PRATIKUM                    :
1.      Timbang 10 gram bahan dengan gelas kimia yang paling kecil, masukkan ke dalam erlenmeyer, tambahkan 50 ml aquades, kemudian tambahakan 5 ml KI 10%
2.      Sebelum penambahan KI tambahkan 2 ml H2SO4 2 N, lalu tutup erlenmeyer dan simpan ditempat yang gelap selama 10 menit
3.      Bilas tutup erlenmeyer dengan aquades agar I2 yang menguap ke atas tutup erlenmeyer kembali ke dalam erlenmeyer tersebut, kemudian tambahkan amylum 1% sebanyak 1 ml.
4.      Kemudian titrasi dengan Na Thiosulfat 0.05 N. Warna larutan akan berubah dari agak biru tua gelap menjadi agak jernih.
5.      Sebelum melakukan perhitungan standarisasi Na Thiosulfat terlebih dahulu karena larutan ini tidak stabil.

HASIL PRATIKUM   DAN PEMBAHASAN                        :
            Hasil ml titran dari titrasi yang dilakukan.
Sampel
Ml titran I
Ml titran II
Rata-rata Ml titran
Berat  sampel (g)
Garam lososa
3.1
1.6
2.35
10 g (10.000 mg)
            Dari percobaan yang dilakukan didapat hasil kandungan yodium dalam sample yang dianalisa dengan melakukan perhitungan sebagai berikut:
            Kadar KIO3                                    =  ml titrasi     N Na. Thio sebenarnya
                                                             =  2.35     0.0048
                                                             = 0.0402 ppm                                                

            Kadar Yodium                      =      kadar KIO3
                                                             =      0.0402 ppm
                                                             =   0.0238 ppm
                                                             =    23.8 %     
            Reaksi  : KI + KIO3 + H2SO4                    3K2SO4 + 3 I2 + 3 H2O
                           ( I2 + 2 Na2S2O3 )    (TITRASI)    ( 2 NaI + Na2S2O3 ) X 3
                           3 I2 + 6 Na2S2O3                                6NaI + 3 Na2S4O6
                           3 KI + KIO3 + H2SO4 + 6 Na2S2O3                         6 NaI + 3 Na2S4O6

PEMBAHASAN
            Percobaan penetapan kadar yodium dalam garam beryodium pada praktikum kali ini dengan menggunakan sampel garam lososa yang mempunyai kadar yodium dalam rentang 30-80 %. Percobaan ini dilakukan dalam suasana asam, bukan dalam suasana basa, yaitu dengan dilakukannya penambahan H2SO4 2N. Fungsi larutan standart KI 10% ialah untuk mencegah menguapnya yodium didalam sample dan sebagai pereaksi untuk memperlihatkan jumlah yodium yang terdapat dalam sampel menjadi senyawa KIO3 sehingga akan berwarna bening karena pereaksi yang berlebih. Fungsi amylum ialah untuk meningkatkan kecepatan percobaan (sebagai indikator). Reaksi ini disebut reaksi IODOMETRI karena terjadi perubahan dari warna biru kehitaman menjadi tidak berwarna, sedangkan reaksi IODIMETRI adalah kebalikannya.
            Percobaan dilakukan pertama kali dengan melakukan standarisasi Na.Thiosulfaat untuk mendapatkan konsentrasi Na.Thiosulfat yang sebenarnya. Setelah dilakukan standarisai oleh salah satu kelompok dari 15 kelompok praktikum, didapatkan konsentrasi Na.Thiosulfat yang sebenarnya yaitu 0.0048 N. Lalu dilanjutkan dengan perlakuan terhadap sample. Pertama kali dilakukan penimbangan sample dengan menggunakan gelas kimia sebanyak 10 gram.
            Setelah sample ditimbang dan diencerkan, dimasukkan kedalam erlenmeyer bertutup. Penutupan erlenmeyer dilakukan karena yodium mudah menguap.  Selanjutnya pada sample kemudian ditambahkan H2SO4 2N sebanyak 3 ml dan larutan standart KI 10% sebanyak 5 ml.  Larutan ini kemudian disimpan di tempat gelap selama 10 menit. Setelah itu, ditambahkan amilum 1% sebanyak 1 ml sebagai indikator, setelah itu dititrasi dengan menggunakan Na2S2O3 0,05 N. Proses titrasi dilakukan sampai larutan dalam erlenmeyer berubah warna menjadi bening, warna bening yang dihasilkan merupakan iod-amilum yang menandakan bahwa proses titrasi telah mencapai titik akhir, indikator yang dipergunakan dalam penentuan kadar yodium dengan metode iodometri ini  adalah larutan amilum berupa larutan bening tidak berwarna.
            Proses pengujian untuk sample garam lososa ini dilakukan hanya dengan 1 kali pengenceran yaitu 50 mL, dan dilakukan 2 kali titrasi. Hal tersebut dilakukan karena pada pengujian pertama/titrasi pertama yang dilakukan oleh kelompok 9, volume titran yang diperoleh kurang memuaskan karena tetesan dari buret tidak lancar dan dalam mengaduk erlenmeyer juga tidak konsisten, serta tidak teliti dalam melakukan titrasi karena TATnya terlewati, sampel sangat cepat mengalami perubahan warna dari biru tua menjadi bening sehingga menyebabkan Titik Akhir Titrasinya gagal diamati.
            Titrasi kedua dilakukan oleh kelompok 10. Hasilnya pun masih tidak memuaskan, dimana volume titran yang diperoleh yaitu 1.6 ml, sangat jauh dari yang diperkirakan. Karena semakin kecil volume titran yang diperoleh maka akan semakin rendah kadar garam yang didapat. Padahal kita mengetahui garam lososa adalah salah satu jenis garam yang tinggi kadar yodiumnya di pasaran. Tentu saja ini menimbulkan pertanyaan dan seharusnya dilakukan percobaan ulang. Namun, kelompok kami tidak melakukan percobaan ulang karena keterbatasan berbagai hal. Salah satunya dari segi waktu.
            Ketidakberhasilan dalam percobaan ini disebabkan karena berbagai faktor, salah satu faktor penyebab utamanya adalah larutan standart KI 10% yang telah menguap sehingga menyebabkan yodium yang terdapat dalam sample juga ikut menguap. Hal ini menyebkan perhitungan yang didapat sangat berbeda jauh. Salah satu cara untuk menghindari hal ini yaitu pada saat pengambilan KI 10% tersebut jangan terlalu lama membuka tutup larutan tersebut, sehingga penguapan KI 10% akan bisa dicegah sehingga hasil yang didapat akan lebih mendekati dan percobaan yang dilakukan pun berhasil.
KESIMPULAN
1.      Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa kadar yodium dalam garam lososa hanya 23.8 gram yang berbeda dari yang tertulis di bungkus sample yang menyatakan kandungan yodium di dalam garam lososa ini sekitar 30-80 gram, berbeda sekitar 7 gram.
2.      Hal tersebut di atas disebabkan  disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya jenis bahan, kebersihan peralatan yang digunakan, reagen yang mudah menguap, kemahiran dalam melakukan titrasi, ketepatan dalam menentukan TAT dan ketelitian lainnya dalam melaksanakan praktikum.
3.      Tidak bisa diambil kesimpulan bahwa garam lososa mengandung yodium yang rendah.


SARAN
1.      Sebelum melakukan analisa kadar yodium, mahasiswa harus benar-benar memahami prosedur kerja agar diperoleh data pengukuran dengan keteliatian yang tinggi dan mendekati keakuratan.
2.      Sebaiknya dalam melakukan titrasi, sebelumnya praktikan telah memastikan kondisi buret seperti mengatur kuat tidaknya keran untuk dibuka atau ditutup, sehingga hasil tidak akan kelebihan. Praktikan juga harus lebih teliti melihat awal dan akhir titrasi.
3.      Hasil praktikum belum sesuai seperti yang ada di bahan sumber karena terjadinya kesalahan. Kesalahan terjadi karena kurang teliti dan kurang terampilnya praktikan melakukan proses titrasi, sehingga hasil pengamatan menjadi kurang akurat.

DAFTAR  PUSTAKA
1.      Thamrin, Husni. dkk.. 2012. Penuntun Praktikum Kimia pangan. Jurusan Gizi : Poltekkes Kemenkes Padang
2.      Sudarmadji, Slamet. et al. 1996. Prosedur Analisis Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Penerbit Liberty.
3.      Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
4.      Krisno, Budiyanto, Agus. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang : UMM Press
5.      http://id.wikipedia.org/wiki/yodium
                     

                     Padang, 27 Maret 2012
            Pembimbing Praktikum                                                                     Yang membuat laporan



                 (Azizah, SKM)                                                                     (Elsa Permata Sari)  
                                                                                                                 NIM:112110181